Ardy terkejut, ketika adiknya mengintip dari atas meja belajar. Ketika
itu Ardy terbangun sekitar pukul 11.00 malam. Kejadian ini berkisar
ketika Ardi berusia 13 tahun dan adiknya Mimi berusia 11 tahun. mereka
memang tidur sekamar. Rumah kecil tipe 36 yang sudah dikembangkan itu,
hanya memiliki dua buah kamar yang kecil. Satu untuk ayah dan ibumereka
serta adik bungsunya yang berusia 3 tahun dan satu lagi Ardy dan Mimi.
Ardy mendekati Mimi dan mencolek tubuhnya. Lalu bertanya, kenapa
mengintip ada apa? Mimi sangat terkejut dan hampir saja dia berteriak.
Lalu ditempelkannya telunjuknya ke dua bibirnya, sebagai pertanda agar
Ardi tidak ribut. Mimi turun dari meja belajar. Ardi bertanya, ada apa?
Mimi tak menjawab, tapi menyuruh Ardy untuk ikut mengintip. Berdua
mereka naik ke atas meja belajar. Mereka mengintip bergantian dari
lubang kecil yang ada di sana. Ardy melihat sebuah adegan. Ayah dan ibu
mereka bertelanjang bulat. Bugil. Ayah mereka sedang menjilati pagina
ibunya. Kemudian berciuman dengan bibir mereka saling menjilati. Tangan
ayahnya mengelus-elus tetek ibu. Saling berpeluk dan ayah menaiki tubuh
ibunya dan melihat ayahnya menggenjot ibunya. Mereka berpelukan. Kedu
bibir ayah dan ibunya berpagutan lagi. Saling mengisap dan menjilati.
Ayahnya juga menjilati leher ibu mereka. Genjotan makin keras dan cepat.
Saat itu ibu mendesah-desah. Matanya tertutup dan meminta agar ayah
lebih kencang menghunjamkan kontolnmya. Kelihatan keduanya saling
beepelukan erat. Tak lama genjotan itu berhenti. Ayah mereka turun dari
tubuh ibunya dan terlentang di sisi ibunya. Tak lama, keduanya pergi ke
kamar mandi dalam keadaan telanjang. Dengan cepat Ardi dan Mimi ke
tempat tidur mereka, berpura-pura tidur. Mereka mendengar
langkah-langkah kedua ibu dan ayah mereka, pulang dari kamar mandi
memasuku kamar tidur. Terdengar pintu terkunci.
Ardy terbangun. Dia mendekati Mimi dan bertanya, sudah berapa kali
mengintip. Mimi mengatakan sudah terlalu sering. Kalau mendengar ada
suara tempat tidur berdenyit, Mimi bangun dan mengintip. Mulanya iseng
saja, ingin tahu kenapa ada desahan.
"Kita begituan juga yok..."kata Ardi.
"Apa bisa..? tanya Mimi.
"Kita coba aja. Kita buka pakaian kita. Kita kinci dulu pintu..."kata
Ardi. Mimi setuju. Ardi berjingkat menginci pintu pelan-pelan. Lalu dia
membuka baju dan celananya bertelanjang bulat. Mimi juga membuka bajunya
dan celana dalamnya. Ardi jelas melihat tetek Mimi yang baru tumbuh.
Tak lebih sebesar bola pimpong. Bahkan sedikit lebih kecil. Pentilnya
juga sangat kecil. Mimi dibawanya ke tempat tidurnya, setelah lebih dulu
menutup lubang dari atas meja belajar, takut, kalau sebaliknya ibu dan
ayah mereka yang mengintipnya.
Mereka mulai meniru apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu mereka. Bibir
mereka mulai menempel. Perlahan Ardi mengecup bibir Mimi. Mimi pernah
mendengar, kalau ibunya meminta agar ayahnya menjulurkan lidahnya untuk
diemut. Mimi berbisikk kepad Ardy, agar menjulurkan bibirnya untuk
diemut. Ardy mengikutinya dan Mimi-pun mengemut lidah Ardy. Mereak
bergantian mengemut lidah masing-asming. Mimi mengarahkan mulut Ardy
unutk menjilati teteknya, seperti apa yang mereka lihat, kelakukan ayah
dan ibunya. Ardy mulai menjilati tetek MImi. Mimi kenikmatan. Ardy juga
merasakan nikmat. Kontolnya mulai berdiri. Kini yang sudah lebih dahulu
beberapa kali mengintip meminta agar Ardy menjilati paginanya. Ardy
mengikuti saja permintaan Mimi. Mimi mengangkangkan kedua pahanya, lalu
Ardy mulai menjilati paginanya. Karea pagina yang belum berbulu itu
tidak terkuak, Ardy hanya menjilati bagian luarnya saja. Mimi merasa
sedikit geli. Ketika jilatan lidah Ardy berada di sela-sela bibir pagina
Mimi, mimi merasa kegelian yang bukan kepalang. Mimi mengangkangkan
kedua kakinya lebih lebar dan Mimi membantu membukakan bibir paginanya
dengan dua jari telunjuk dan jari tengahnya. Ardy menjilati bagian dalam
dari pagina Mimi. Mimi merasa enak. Dibisikinya Ardy agar terus
menjilati peginanya.
"Kak Ardy, enak. Terus saja..." katanya. Ardy pun menjilati terus,
sampai beberapa menit, sampai tengkuk Ardy terasa pegal. Saat Ardy mau
berhenti, Mimi menekan kepala Ardy terus di memeknya dan terpaksa Ardy
terus menjilati pegina adiknya itu. Sampai saatnya Mimi tak mampu
menahan kegelian yang amat sangat.
Ardy menghentikan jilatannya, saat Mimi meminta sudah. Ardy kebingungan
melihat adiknya lemas. Dia takut. Lalu dia berbisik ke telinga adiknya.
"Ada apa?"
"Enggak apa-apa," jawanb Mimi. Setelah nafasnya teratur, Kini mimi
meminta agar Ardy tidur terlentang. Mimi mulai mengelus-elus ******
kakaknya. Lalu ****** itu dijilatinya, seperti ibunya menjilati ******
ayah mereka. ****** itu berdiri. Dia masukkan ****** itu ke dalam
mulutnya dan diemut-emutnya. Ardy kelihatan mengelinjang-gelinjang
keenakan. Tak lama, Ardy mengeluarkan spermanya di mulut Mimi. Ardy pun
lemas dan Mimi memuntahkan sperma itu dari mulutnya. Mereka diam sesaat.
Sepi. Yang terdengar hanya suara dengkur ayah dan ibu mereka dari balik
kamar. Mereka pun tidur satu ranjang dengan telanjang bulat, berpelukan
ditutupi selimut.
Ketika terdengar suara azan subuh, Mimiterbangun. Dia membangunkan
kakaknya Ardy. Mereka memakai pakaian mereka, lalu Mimi naik ke tempat
tidurnya sendiri. Dalam keadaan nyenyak, pagi itu ibu mereka mengetuk
pintu membangunkan mereka. Mereka terbangun dan pergi mandi bergantian
di kamar mandi yang hanya ada satu. Mereka pergi ke sekolah.
Di sekolah, Ardy terus membayangkan apa yang sudah terjadi pad dirinya
dan pada adiknya Mimi. Di sekolah yang lain, Mimi juga terbayang-bayang
apa yang mereka lakukan. Kedaunya ingin cepat pulang.
Sepulang sekolah, Ardy dan Mimi senyum-senyum penuh arti. Seusai makan,
ibunya datang ke meja makan dengan pakaian Darma Wanita. Ibunya
berpesan, agar keduanya menjaga rumah dan belajar, karean dia akan
mengikuti rapat di kantor ayahnya. Nanti sore baru pulang bersama
ayahnya. Kedaunya mengangguk. Begitu ibu mereka pergi meninggalkan
rumah, Mimi menatap kakanya Ardy.
"Kita ke kamar yuuuukkk...."kata Mimi. Ardy mengangguk. Dia cepat-cepat
mengincu pintu. Di kamar, Mimi sudah mulai membuka pakaiannya. Teramsuk
mini shirt yang membungkus buah dadanya. Demikian juga ardy membuka
pakaiannya. Mereka enutup pintu dan saling berpelukan. Bibir mereka
menyatu, saling pagut da saling isap. Ardy mengelus-elus tetek Mimi.
"Pelan-pelan kak...sakit..." kata Mimi. Ardy melepaskan elusannya dan
mengantinya dengan jilatan pada tetek Mimi. Mereka tidur di ranjang
Ardy. Di kangkangkannya kedua paha Mimi.
"Aku masukkan ya. Seperti ayah," kata Ardy. Mimi mengangguk. Ardy
mencucukkan kontolnya ke pagina Mimi. Mimi memegangi ****** Ardy yang
sudah tegang itu. Ardy mulaui menekankan kontolnya ke dalam pagina Mimi.
"Aduh...pelan Kak...sakit..." kata Mimi. Ardy berhenti.
"Enggak jadi...?" tanya Ardy.
"Tungu dulu sakit..." kata Mimi.
Ibu kok enggak sakit...?" tanya Ardy. Mimi menggeleng.
"Ayo coba lagi," kata Mimi. Ardy pun mencucuk lagi kontolnya ke pagina
Mimi. Sekali hentakan, kepala ****** Ardy sudah memasuki liang pagina
Mimi. Mimi setengah menjerit.
"Aduuuuhhhh...Sakit !" katanya. Ardy mendiamkan kontolnya yang kepalanya sudah masuk itu. Mimi meneteskan air matanya.
"Mungkin sebentar lagi tak sakit. Kalau sudah tidak sakit bilang ya..."
lata Ardy kepada Mimi adiknya itu. Mimi hanya diam saja. Ada rasa perih.
Melihat Mimi sudah diam, Ardy mencucukkan lagi kontolnya. Kini sudah
separoh kontolnya bersarang di pagina Mimi. Kembali Mimi mengaduh.
Perlahan, Ardy mencabut kontolnya sedikit...lalu mencucuknya dan
mencabutnya dan mencucuknya. Makin lama makin dalam dan makin dalam,
sampai akhirnya masuk semua. Kini Mimi sudah tidak menjerit dan mengaduh
lagi, justru sebaliknya sudah memeluk Ardy.
"Masih sakit...?" tanya Ardy.
"Sedikit. Teruskan saja, " kata Mimi. Ardy meneruskan memaju mundurkan kontolnya ke dalam pagina Mimi.
Keduanya berpelukan. Ardy semakin cepat memaju mundurkan kontolnya. Mimi
memeluknya erat sekali. Lalu, Ardy memuntahkan spermanya di dalam
pagina Mimi.
Ketkka bangkit, sprei tempat tidur ada noda darh, agar banyak. Mereka
secepatnya mencuci darah itu agar tak ketahuan kepada ibu mereka.
Keduanya bingung, sementara, Mimi merasakan perih pada paginanya.
Akhirnya tertidur sampai sore. Sampai ibu dan ayah mereka datang.
Melihat Mimi pucat dan melihat ada darah pada roknya, Ibunya tersenyum. Dia berbisik kepada suaminya.
"Dasar masih kecil...tak sadar kalau dia sudah haid," kata si ibu kepada
suaminya. Suaminya juga tersenyum. Dengan cepat si ibu ke kedai membeli
pembalut. Di pangilnya Mimi disuruh memakai pembalut. Ibunya mengira
Mimi haid. Ibunya menghitung, ini adalah haid anaknya untuk yang ketiga
kalinya. Jika masih muda, haid masih belum beraturan, pikirnya. pertama
dalam usia 11 tahun. Mimi mengikuti saja. Ibunya lagi berpikir, kalau
Mimi sedang senggugut, sakit dan perih ketika haid. Ibunya memeberikan
obat penghilang rasa sakit. Benar saja, beberapa menit kemudian, rasa
sakit itu hilang.
Setelah semingu kejadian itu, malamnya Mimi benar-benar haid. Seminggu
kemudian, baru bersih. Mereka mengulangi seks nikmat mereka. Entah
darimana mereka tahu, mungkin dari berbagai majalah kesehatan yang
dilanggani oleh ibunya, kini Ardy setiap kali bersetubuh dengan Mimi,
selalu memakai kondom.
Hal itu terus mereka lakukan sampai Ardy kuliah. Ibu dan ayah mereka
sangat bangga, akan keakraban kedua anak-anaknya. Ayah dan ibunya
senang. Mereka mengira kedau anaknya tidak mau pacaran,. sebelum sekolah
atau kuliah mereka selesau. Anak yang penuh cita-cita, pikir kedua
orangtua mereka.
Mimi selesai, SMA dapat jodoh. Mimi menikah dengan seorang pegawai
negeri. Walau Mimi sudah menikah, mereka selalu mencuri-curi untuk
melakukan seks kenikmatan dunia itu.
Suatu hari, Mimi meminta agar kakaknya Hardy menemuinya di sebuah cafe.
Ada penting sekali yang mau dibicarakan, katanya. Ardy datang on time ke
cafe yang ditentukan.
"Ada apa...?" tanya Ardy setelah minuman terhidang di atas meja.
"Aku hamil...kak," katanya.
"Baguslah...sebentar lagi aku punya keponakan," kata Ardy gembira.
"Bukan keponakan, kak. Tapi yang kukandung ini, anak kak Hardy sendiri.
Semasa suamiku pergi ke luar kota, kita melakukannya. Dan aku hamil. AKu
tahu betul, ini anak kak Hardy," kata Mimi.
Ardy terdiam. Lalu dia tersenyum.
"Ya...sudah...anak itu adalah anak kita. Tapi cukup kita berdua yang
tahu. Rahasiakan sekuat-kuatnya," kaya Ardy. Mimi tersenyum.
Disandarkannya kepalanya di bahu ARdy. Ardy mengelus-elus rambut Mimi
dengan penuh kasih sayang.
Ketika Ardy melaporkan kehamilan adiknya Mimi kepad kedua orang tuanya,
kedua orangtuanya terkejut. Justru Mimi lebih dulu melaporkannya kepada
kaqkaknya, bukan kepada mereka orangtuanya.
Lagi-lagi kedua orangtua mereka bahagia, atas kedekatan kedua anak mereka itu.
"Sebentar lagi, kami punya cucu dan kamu punya keponakan," kata ibunya.
Ardy tersenyum saja penuh arti. Belum habis rasa bahagia mereka,
tiba-tiba suami Mimi menelpon. Dada Ardy terguncang. TIba-tiba ibu Ardy
berkata:"
Selamat ya...sebentar lagi kamu punya anak. Jangan lupa jaga kesehatan
Mimi dan kandungannya," jawab ibunya melalui telepon. Ibunya tidak
mengatakan, kalau mereka sudah tahu Mimi hamil.
Mereka bersalaman penuh bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar